Rabu, 21 November 2012

Sarangan



Ketika liburan tiba, tepatnya saat Idhul Fitri 1 tahun yang lalu. Saya dan keluarga memutuskan untuk berkunjung dan menghabiskan waktu liburan ke rumah nenek di Solo. Perjalanan yang cukup menguras tenaga, karena melalui jalur darat dengan berkendaraan mobil pribadi dengan jarak tempuh kurang lebih 12 jam. Kemacetan sepanjang perjalanan pun tidak begitu menjadi permasalahan, karena kita dapat beristirahat dan singgah sejenak di tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Sesampainya disana, kami istirahat sejenak. Di lanjutkan dengan berkunjung kerumah saudara-saudara. Keesokan harinya, di desa tempat nenek tinggal, ada semacam tradisi yang di sebut “Sungkem”. Tradisi tersebut ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sebenarnya tradisi ini biasa juga di lakukan masyarakat pada umumnya yang di namakan silaturahmi, hanya saja yang membedakan “Sungkem” yaitu seluruh warga desa tersebut berkumpul di rumah seseorang yang terpandang dalam jenjang sosialita, mendengarkan pidato tuan rumah tersebut, dan di akhiri dengan bercengkraman tangan satu dengan yang lainnya.



Sehari setelah tradisi “Sungkem” tersebut, saudara-saudara sebaya saya disana mengajak saya untuk berekreasi ke sebuah danau besar yang bernama “Sarangan”,sekilas mereka menceritakannya begitu menarik. Kami bergegas untuk melakukan perjalanannya. Karena di antara kami tidak ada yang begitu pandai mengendarai mobil, sedangkan jalur di perjalanan yang begitu terjal membuat kami memutuskan untuk berkendaraan sepeda motor. Jumlah kami 6 orang, sehingga pas untuk berboncengan. Perjalanan kurang lebih memakan waktu 3 jam. Perjalanan yang begitu melelahkan, setibanya kami disana, pemandangan yang pertama saya lihat yaitu kepadatan pada pintu masuk utama. Mungkin pada saat itu liburan serentak bagi hampir seluruh orang, sehingga tempat rekreasi menjadi padat. Tetapi, udara sejuk mengurangi rasa penat yang menyelimuti. Jagung bakar dan kacang rebus menambah kehangatan. Tiba-tiba salah satu saudara saya menarik saya untuk ikut menaiki speed boat untuk berkeliling danau tersebut. Awalnya saya menolak karena takut jika jatuh nantinya, kemudian setelah di bujuk, saya menerima tawaran tersebut. Dengan uang 100.000, kami dapat menaiki speed boat tersebut dengan 3 kali putaran. Dengan kecepatan tinggi, saya dapat berteriak sekencangnya menikmati sejuknya udara disana. Setelah selesai bermain, berwisata kuliner, dan menjajakan barang-barang cendra mata yang unik. Kami memulai perjalanan pulang, tidak begitu merasa lelah sepanjang perjalanan karena semua terbayarkan dengan pemandangan indah “Sarangan”.



Seminggu sudah saya dan keluarga berada di kota Solo, liburan pun hampir usai. Tidak ingin rasanya meninggalkan kota tersebut, terlebih banyak sanak saudara yang tinggal disana. Tetapi, kami juga memiliki aktifitas masing-masing. Seandainya kami memiliki waktu yang lebih lama untuk berlibur, pasti lebih banyak tempat-tempat pariwisata yang dapat kami kunjungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar