Senin, 03 Desember 2012

Pariwisata di Indonesia



Pariwisata adalah salah satu jenis indutri baru yang membatu pertumbuhan ekonomi dan persediaan tenaga kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga akan merealisasi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cendramata. Penginapan dan transportasi di pandang juga sebagai industri, ( Robert C. Lonati 2002:32). Dari pengertian pariwisata tersebut, banyak makna yang dapat di simpulkan. Tetapi, teori tersebut hanyalah menguatkan bentuk nyata dari pariwisata. Berbagai sektor yang dapat di ulas lebih jauh seperti dari sektor manajemen, jumlah turis yang datang, dan cara perawatan atau pengolahan tempat yang menjadi sarana untuk orang berpariwisata.


Di Indonesia, tempat pariwisata beraneka ragam. Negara tesebut di kenal dengan negara kepulauan, karena dalam satu negara terdapat beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil yang mengelilinginya. Sehingga, dari banyaknya jumlah pulau tersebut, beraneka ragam pula tempat wisata. Mengenai manajemen yang sudah ada di Indonesia sudah cukup baik, yang meliputi pemasarannya maupun pengolahan tempat wisata tersebut. Hanya saja, kelemahan dari manajemen tersebut adalah dari sistem transportasi. Banyak tempat wisata yang berada di daerah terpencil, tetapi memiliki keindahan yang luar biasa. Wisatawan asing maupun domestik perlu informasi lebih dari tempat-tempat tersebut. Dengan transportasi yang memadai juga membantu wisatawan tersebut tertarik untuk mengunjunginya. Sebagai contoh di DIY, dinas setempat menyediakan rute-rute tempat wisata dengan bus Transjogja sebagai akses untuk mempermudah wisatawan sampai ke tempat wisata yang akan di tuju. Selain itu, penyedia layanan seluler juga sudah membuat akses rute perjalanan melalui peta di internet. Hanya saja, fasilitas tersebut hanya sebatas untuk jalur mudik. Sehingga, rute pariwisata tertentu belum bisa di akses melalui fasilitas tersebut. Lain halnya, dengan Bali, meskipun provinsi tersebut masih dalam negara Indonesia. Wisata asing lebih mengenalnya sebagai Indonesia adalah Bali, sedangkan pengertian sebenarnya yaitu pulau Bali berada di dalam negara Indonesia. Oleh karena itu, ini adalah sebuah tugas baru bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengubah paradigma wisatawan asing terhadap pariwisata di Indonesia.


Wisatawan asing adalah devisa terbesar negara. Oleh karena itu, pengembangan dan pengolahan pariwisata di indonesia yang di sudah cukup baik, agar dapat di perbaiki sehingga lebih terpandang di kanca internasional. Dalam perawatan dan pengolahan tempat wisata juga tidak lepas dari keikut sertaan pemerintah dan pihak swasta. Karena saat ini telah adanya otonomi daerah, sehingga pemerintah pusat cukup memantau dan mempercayakan penanganannya kepada pemerintah daerah. Sedangkan pihak swasta bisa menjadi pendukung realisasinya, dengan menjadi sponsor maupun pemasaran tempat wisata itu sendiri. Bahkan dengan pengolahan tempat wisata, masyarakat sekitar juga dapat ikut serta. Seperti membuat cendramata dan makanan kuliner khas daerah setempat. Dengan ini, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dan pajak daerah. Jadi kesimpulannya, dari berbagai macam sektor yang ada pada pariwisata harus di kembangkan. Dari setiap sektor juga harus di sesuaikan dengan kemajuan zaman. Karena di Era modern saat ini, kemajuan teknologi juga semakin pesat. Ini berarti lebih mempermudah masyarakat dalam mengakses segala sesuatunya dengan kemajuan teknologi tersebut.

Rabu, 21 November 2012

Sarangan



Ketika liburan tiba, tepatnya saat Idhul Fitri 1 tahun yang lalu. Saya dan keluarga memutuskan untuk berkunjung dan menghabiskan waktu liburan ke rumah nenek di Solo. Perjalanan yang cukup menguras tenaga, karena melalui jalur darat dengan berkendaraan mobil pribadi dengan jarak tempuh kurang lebih 12 jam. Kemacetan sepanjang perjalanan pun tidak begitu menjadi permasalahan, karena kita dapat beristirahat dan singgah sejenak di tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Sesampainya disana, kami istirahat sejenak. Di lanjutkan dengan berkunjung kerumah saudara-saudara. Keesokan harinya, di desa tempat nenek tinggal, ada semacam tradisi yang di sebut “Sungkem”. Tradisi tersebut ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sebenarnya tradisi ini biasa juga di lakukan masyarakat pada umumnya yang di namakan silaturahmi, hanya saja yang membedakan “Sungkem” yaitu seluruh warga desa tersebut berkumpul di rumah seseorang yang terpandang dalam jenjang sosialita, mendengarkan pidato tuan rumah tersebut, dan di akhiri dengan bercengkraman tangan satu dengan yang lainnya.



Sehari setelah tradisi “Sungkem” tersebut, saudara-saudara sebaya saya disana mengajak saya untuk berekreasi ke sebuah danau besar yang bernama “Sarangan”,sekilas mereka menceritakannya begitu menarik. Kami bergegas untuk melakukan perjalanannya. Karena di antara kami tidak ada yang begitu pandai mengendarai mobil, sedangkan jalur di perjalanan yang begitu terjal membuat kami memutuskan untuk berkendaraan sepeda motor. Jumlah kami 6 orang, sehingga pas untuk berboncengan. Perjalanan kurang lebih memakan waktu 3 jam. Perjalanan yang begitu melelahkan, setibanya kami disana, pemandangan yang pertama saya lihat yaitu kepadatan pada pintu masuk utama. Mungkin pada saat itu liburan serentak bagi hampir seluruh orang, sehingga tempat rekreasi menjadi padat. Tetapi, udara sejuk mengurangi rasa penat yang menyelimuti. Jagung bakar dan kacang rebus menambah kehangatan. Tiba-tiba salah satu saudara saya menarik saya untuk ikut menaiki speed boat untuk berkeliling danau tersebut. Awalnya saya menolak karena takut jika jatuh nantinya, kemudian setelah di bujuk, saya menerima tawaran tersebut. Dengan uang 100.000, kami dapat menaiki speed boat tersebut dengan 3 kali putaran. Dengan kecepatan tinggi, saya dapat berteriak sekencangnya menikmati sejuknya udara disana. Setelah selesai bermain, berwisata kuliner, dan menjajakan barang-barang cendra mata yang unik. Kami memulai perjalanan pulang, tidak begitu merasa lelah sepanjang perjalanan karena semua terbayarkan dengan pemandangan indah “Sarangan”.



Seminggu sudah saya dan keluarga berada di kota Solo, liburan pun hampir usai. Tidak ingin rasanya meninggalkan kota tersebut, terlebih banyak sanak saudara yang tinggal disana. Tetapi, kami juga memiliki aktifitas masing-masing. Seandainya kami memiliki waktu yang lebih lama untuk berlibur, pasti lebih banyak tempat-tempat pariwisata yang dapat kami kunjungi.

Selasa, 20 November 2012

GLOSARIUM PARIWISATA I

1. Adat : Aturan (perbuatan dsb) yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.
2. Adat istiadat : Aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat.
3. Budaya / Kebudayaan : Hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia.
4. Citra wisata : ekspresi, gambaran, atau bayangan semua yg diketahui secara objektif, kesan, praduga perseorangan atau kelompok mengenai tempat tujuan wisata kebudayaan, keindahan alam, dan hasil kerajinan daerah wisata tertentu.
5. Cuti : Meninggalkan pekerjaan beberapa waktu secara resmi untuk beristirahat dsb.
6. Daerah Transit (DT) : Daerah persinggahan antara Daerah Asal Wisata(DAW) dan Daerah Tempat Wisata(DTW) ketika para wisatawan melakukan perjalanan singkat untuk mencapai daerah tujuan.
7. Daya Tarik Wisata : Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.
8. Hotel : bangunan berkamar banyak yg disewakan sbg tempat untuk menginap dan tempat makan orang yg sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yg dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.
9. Kultur : Kebudayaan
10. Liburan : masa libur; vakansi
Disusun Oleh : Diana Stephanie Elissa Nindia Rarasati Marcury tya Nurhalimah Rafika Gisella

GLOSARIUM PARIWISATA II

1. Kampung Halaman : Daerah atau desa tempat kelahiran
2. Kepariwisataan : Segala hal yang berkaitan dengan Pariwisata, termasuk pelaku dan dunia usahanya.
3. Keragaman : Perbedaan atau heterogenitas dari Pariwisata.
4. Losmen : Akomodasi yang mempergunakan kamar-kamar rumah penduduk di destinasi wisata.
5. Mancanegara : Segala hal yang diselenggarakan di luar sebuah negara. Wisatawan dan wisata luar bermakna orang dan kegiatan yang dilakukan ke luar sebuah negara.
6. Marina : Akomodasi air diatas perairan.
7. Motel : Motor hotel, akomodasi yang berada di tepia jalan raya, menyediakan penginapan dan tempat parkir kendaraan.
8. Pariwisata : Beragam kegiatan perjalanan yang dilakukan di luar tempat tinggalnya selama lebih dari 24 jam untuk tujuan bersenang-senang dengan menggunakan berbagai fasilitas wisata, seperti transportasi dan akomodasi.
9. Pengunjung : Orang yang mendatangi sebuah daya tarik wisata untuk tujuan berlibur.
10. Pramuswisata : petugas pariwisata yg berkewajiban memberi petunjuk dan informasi yg diperlukan wisatawan. Pramuwisata disebut juga Pemandu Wisata atau Guide dalam Bahasa Inggris.
Disusun Oleh : Diana Stephanie Elissa Nindia Rarasati Marcury tya Nurhalimah Rafika Gisella

GLOSARIUM PARIWISATA III

1. Produk Wisata : Segala hal yang memiliki daya tarik untuk dilihat dan dinikmati dalam berbagai kegiatan wisata.
2. Psikografik : Karakteristik wisatawan dilihat dari kepribadiannya.
3. Rapuh : Sifat kegiatan wisata yang tidak dapat disimpan untuk dikonsumsi di kemudian hari.
4. Taman Air : Usaha daya tarik wisata alam dengan ekosistem perairan, seperti danau dan hutan bakau.
5. Taman Buru : Usaha daya tarik wisata alam untuk berburu.
6. Taman Hutan Raya : Usaha daya tarik wisata alam berupa hutan yang dilindungi.
7. Taman Nasional : Usaha daya tarik wisata alam dengan keunikan flora dan fauna endemik.
8. Taman Safari : Taman yang berisi hewan-hewan yang dipelihara di alam bebas.
9. Taman Wisata : Usaha daya tarik wisata yang menawarkan bentangan untuk rekreasi alam.
10. Wisata Tirta : Usaha fasilitas wisata yang memanfaatkan air, seperti pemandian, kolam renang, dan danau.
Disusun Oleh : Diana Stephanie Elissa Nindia Rarasati Marcury tya Nurhalimah Rafika Gisella

GLOSARIUM PARIWISATA IV

1. Kawasan Pariwisata : Area atau daerah yang dikembangkan untuk kepariwisataan.
2. Keatsirian : Sifat pelayanan wisata yang berubah-ubah.
3. Konsultan Wisata : Usaha yang memberikan konsultasi dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Kepariwisataan.

4. Pabean : Kegiatan pemungutan nilai dan pajak bagi bawaan penumpang yang masuk ke sebuah negara.

5. Pariwisata ke Dalam batas : Inbound tourism. Kegiatan wisata dalam batas negara.

6. Pariwisata ke Luar batas : Outbound tourism. Kegiatan wisata yang dilakukan ke luar batas negara.

7. Pelaju / Pelancong : Orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa menggunakan transportasi.

8. Wisata Religius : Kegiatan wisata bernuansa keagamaan, seperti naik haji dan retret.

9. Wisata Minat Khusus : Kegiatan wisata yang membutuhkan keterampilan khusus atau minat khusus dimana tidak setiap orang ingin dan mau melakukannya, seperti, menyelam dan menelusuri gua.

10. Wisatawan mancanegara : Warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya (memasuki negara lain).

Disusun Oleh :

Diana Stephanie
Elissa Nindia Rarasati
Marcury tya
Nurhalimah
Rafika Gisella

GLOSARIUM PARIWISATA V

1. Paspor : Dokumen yang berisi identitas wisatawan di luar negeri.
2. Perjalanan Insentif : Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh karyawan atas biaya perusahaan sebagai imbalan hasil kerjanya. Perjalanan tidak semata-mata berwisata tetapi juga memuat tujuan bisnis.
3. Pondok Wisata : Rumah penduduk yang disewakan sebagai akomodasi ketika wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi.
4. Rekreasi : penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yg menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik.
5. Suaka Marga Satwa : Usaha daya tarik wisata alam dengan fauna yang dilindungi.
6. Tempat wisata / Obyek wisata : Sebuah tempat rekreasi/tempat berwisata.
7. Tempat istirahat / Rest area : Tempat beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam perjalanan jarak jauh.
8. Wisata Domestik : Kegiatan perjalanan seseorang yang masih di dalam negara domisilinya.
9. Wisatawan nusantara : Wisatawan dalam negri atau wisatwan domestik.
10. Biro Perjalanan Wisata : Perusahaan atau pun badan usaha yang memberikan pelayanan lengkap terhadap seseorang atau pun kelompok orang yang ingin melakukan perjalanan baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Disusun Oleh :

Diana Stephanie
Elissa Nindia Rarasati
Marcury tya
Nurhalimah

Rafika Gisella

BEBERAPA GLOSARIUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARIWISATA

GLOSARIUM (1)

1. Adat

Aturan (perbuatan dsb) yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.
2. Adat istiadat

Aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat.
3. Air Terjun

Aliran air melewati jeram hingga air jatuh bebas ke dasar sungai (lereng, lembah)
4. Akomodasi

sesuatu yg disediakan untuk memenuhi kebutuhan, msl tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang yg bepergian.
5. Angkutan Jalan

kendaraan yang diperbolehkan untuk menggunakan jalan.
6. Backpacker

istilah yang secara historis telah digunakan untuk menunjukkan suatu bentuk murah, perjalanan nasional/internasional independen.
7. Batik

kain bergambar yg pembuatannya secara khusus dng menuliskan atau menerakan malam pd kain itu, kemudian pengolahannya diproses dng cara tertentu; kain batik.
8. Bandar Udara (Bandara)

Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat.
9. Berlibur

Pergi (bersenang-senang, bersantai-santai, dsb) menghabiskan waktu libur.
10. Biro Perjalanan Wisata

Perusahaan atau pun badan usaha yang memberikan pelayanan lengkap terhadap seseorang atau pun kelompok orang yang ingin melakukan perjalanan baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
GLOSARIUM (2)

1. Brosur
Publikasi singkat yg terdiri atas beberapa halaman tanpa dijilid; selebaran cetakan yg berisi keterangan singkat tentang perusahaan, organisasi untuk diketahui umum; buku kecil berisi informasi tentang hal-hal atau masalah-masalah yg hangat.
2. Budaya / Kebudayaan

Hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia.
3. Cakalele

Pertunjukan tari perang dari Maluku dan Munahas.
4. Candi

Bangunan kuno yg dibuat dari batu (dsb tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu atau Budha pd zaman dulu).
5. Cangkat

Bukit kecil, tanah ketinggian yang melereng, dangkal.
6. Caul

Kain halus dari sebuah kota di India pantai barat, selendang sutra.
7. Check in

Melaporkan diri untuk pemakaian jasa yang telah dipesan sebelumnya seperti pada hotel atau pada suatu penerbangan.
8. Check out

Melaporkan diri atas telah berakhirnya pemakaian jasa atau produk wisata yang digunakan.
9. Cindera Mata

Oleh-oleh atau kenang-kenangan yang dapat dibawa oleh wisatawan pada saat kembali ke tempat asalnya.
10. Cindur

Tanda mata

GLOSARIUM (3)

1. Citra wisata

ekspresi, gambaran, atau bayangan semua yg diketahui secara objektif, kesan, praduga perseorangan atau kelompok mengenai tempat tujuan wisata kebudayaan, keindahan alam, dan hasil kerajinan daerah wisata tertentu.
2. Cuti

Meninggalkan pekerjaan beberapa waktu secara resmi untuk beristirahat dsb.
3. Daerah Transit (DT)

Daerah persinggahan antara Daerah Asal Wisata(DAW) dan Daerah Tempat Wisata(DTW) ketika para wisatawan melakukan perjalanan singkat untuk mencapai daerah tujuan.
4. Destinasi

Daerah yang menjadi tujuan dalam perjalanan wisata.
5. Darma Wisata

Bepergian bersama, piknik.
6. Daya Tarik Wisata
Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.
7. Derasi

Wagon kereta api tempat penumpang, kereta penumpang.
8. Devisen

Devisa, alat pembayaran luar negeri.
9. Dialek

Logat, bahasa yang dipakai di suatu tempat atau daerah yang agar dari bahasa yang umum.
10. Dodot

Kain panjang dan lebar, pakaian pengantin.
GLOSARIUM (4)

1. Fasilitas

Sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan
2. Gambang

Bunyi-bunyian, gambang kromong; gamelan jakarta.
3. Gamelan

Bunyi-bunyian Jawa dan Sunda, terdiri dari beberapa macam seperti gambang, gendang, sarun, bonan, dsb.
4. Hotel

bangunan berkamar banyak yg disewakan sbg tempat untuk menginap dan tempat makan orang yg sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yg dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.
5. Hula-hula

Tari Hawaii.
6. Jet lag

Merupakan suatu perasaan yang sangat lelah sewaktu melakukan penerbangan yang sangat lama.
7. Kapal Pesiar

Kapal untuk berpesiar (bertamasya); kapal untuk berpariwisata.
8. Kampung Halaman

Daerah atau desa tempat kelahiran
9. Kawasan Pariwisata

Area atau daerah yang dikembangkan untuk kepariwisataan.
10. Keatsirian

Sifat pelayanan wisata yang berubah-ubah.
GLOSARIUM (5)

1. Kereta Api

Kendaraan yang terdiri atas rangkaian gerbong ditarik oleh lokomotif berjalan diatas rel.

2. Keris

Senjata tajam, berujung tajam dan bermata dua, bilahannya ada yang lurus, ada pula yang berlekuk-lekuk.
3. Keromong
Bagian gamelan, seperti bonang pada gamelan Jawa, gambang keromong; gamelan Jakarta.
4. Keroncong
Musik dengan lagu-lagu Indonesia dan Jawa.
5. Koper

Kopor, tas kulit tempat pakaian.
6. Kepariwisataan

Segala hal yang berkaitan dengan Pariwisata, termasuk pelaku dan dunia usahanya.
7. Keragaman

Perbedaan atau heterogenitas dari Pariwisata.
8. Keris

Senjata tajam, berujung tajam dan bermata dua, bilahannya ada yang lurus, ada pula yang berlekuku-lekuk.
9. Konsultan Wisata

Usaha yang memberikan konsultasi dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Kepariwisataan.
10. Kultur

Kebudayaan
GLOSARIUM (6)

1. Kunjung

Pergi (datang) untuk menengok (menjumpai dsb).
2. Liburan

masa libur; vakansi
3. Losmen

Akomodasi yang mempergunakan kamar-kamar rumah penduduk di destinasi wisata.
4. Mancanegara

Segala hal yang diselenggarakan di luar sebuah negara. Wisatawan dan wisata luar bermakna orang dan kegiatan yang dilakukan ke luar sebuah negara.
5. Marina

Akomodasi air diatas perairan.
6. Monumen

Bangunan dsb yang dibuat untuk memperingati orang atau peristiwa penting (biasanya berupa tugu, patung, dsb).
7. Motel

Motor hotel, akomodasi yang berada di tepia jalan raya, menyediakan penginapan dan tempat parkir kendaraan.
8. Museum

Tempat penyimpanan benda-benda purbakala, sejarah, dsb; tempat menyimpan barang kuno.
9. Pabean

Kegiatan pemungutan nilai dan pajak bagi bawaan penumpang yang masuk ke sebuah negara.
10. Pantai

tepi laut; pesisir; perbatasan daratan dengan laut atau massa air lainnya dan bagian yg dapat pengaruh dari air tersebut; daerah pasang surut di pantai antara pasang tertinggi an surut terendah.
GLOSARIUM (7)
1. Pariwisata
Beragam kegiatan perjalanan yang dilakukan di luar tempat tinggalnya selama lebih dari 24 jam untuk tujuan bersenang-senang dengan menggunakan berbagai fasilitas wisata, seperti transportasi dan akomodasi.
2. Pariwisata ke Dalam batas
Inbound tourism. Kegiatan wisata dalam batas negara.
3. Pariwisata ke Luar batas
Outbound tourism. Kegiatan wisata yang dilakukan ke luar batas negara.
4. Paspor

Dokumen yang berisi identitas wisatawan di luar negeri.
5. Pelaju / Pelancong

Orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa menggunakan transportasi.
6. Pelesir, Berpelesir

Bersenang-senang; mencari kesenangan (kesukaan dsb).
7. Pengunjung

Orang yang mendatangi sebuah daya tarik wisata untuk tujuan berlibur.
8. Perahu

Kendaraan air (biasanya tidak bergeladak) yg lancip pada kedua ujungnya dan lebar di tengahnya.
9. Peta

Gambar atau lukisan pada kertas dsb yg menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dsb; representasi melalui gambar dr suatu daerah yg menyatakan sifat, spt batas daerah, sifat permukaan; denah.
10. Perjalanan Insentif

Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh karyawan atas biaya perusahaan sebagai imbalan hasil kerjanya. Perjalanan tidak semata-mata berwisata tetapi juga memuat tujuan bisnis.
GLOSARIUM (8)

1. Pondok Wisata

Rumah penduduk yang disewakan sebagai akomodasi ketika wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi.
2. Porter

Petugas resmi di bandara/pelabuhan yang di menawarkan jasa untuk mengangkat barang/bagasi.
3. Pramuswisata

petugas pariwisata yg berkewajiban memberi petunjuk dan informasi yg diperlukan wisatawan. Pramuwisata disebut juga Pemandu Wisata atau Guide dalam Bahasa Inggris.
4. Prasarana

Segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb)
5. Produk Wisata

Segala hal yang memiliki daya tarik untuk dilihat dan dinikmati dalam berbagai kegiatan wisata.
6. Psikografik

Karakteristik wisatawan dilihat dari kepribadiannya.
7. Ransel

Tas besar, biasanya terbuat dr kain terpal, yg disandang atau digendong di punggung.
8. Rapuh

Sifat kegiatan wisata yang tidak dapat disimpan untuk dikonsumsi di kemudian hari.
9. Rekreasi

penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yg menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik.
10. Rencong

Sejenis keris atau pedang khas Aceh.
GLOSARIUM (9)

1. Sarana

Segala sesuatu yang dapat dipakai, propaganda capai maksud atau tujuan, alat media, syarat, upaya dan sebagainya.
2. Serimpi

Penari wanita, dahulu hanya menari di istana pendopo-pendopo para bangsawan; tari serimpi; sejenis tari yang biasa ditarikan oleh penari wanita.
3. Stasiun
Tempat menunggu bagi calon penumpang kereta api dsb; tempat pemberhentian kereta api.
4. Suaka Marga Satwa

Usaha daya tarik wisata alam dengan fauna yang dilindungi.
5. Take Off

Posisi pesawat udara ketika mulai terbang ke angkasa hingga sudah tidak menyentuh daratan lagi.
6. Taman Air
Usaha daya tarik wisata alam dengan ekosistem perairan, seperti danau dan hutan bakau.
7. Taman Buru

Usaha daya tarik wisata alam untuk berburu.
8. Taman Hutan Raya

Usaha daya tarik wisata alam berupa hutan yang dilindungi.
9. Taman Nasional

Usaha daya tarik wisata alam dengan keunikan flora dan fauna endemik.
10. Taman Safari

Taman yang berisi hewan-hewan yang dipelihara di alam bebas.
GLOSARIUM (10)

1. Taman Wisata

Usaha daya tarik wisata yang menawarkan bentangan untuk rekreasi alam.
2. Tanco

Makanan Cina yang dibuat dari kedelai putih dengan garam.
3. Tempat wisata / Obyek wisata

Sebuah tempat rekreasi/tempat berwisata.
4. Tempat istirahat / Rest area

Tempat beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam perjalanan jarak jauh.
5. Tenda

Kemah, 2. Kain mota untuk kemah (dikapal, perahu, dsb)
6. Tiket

Karcis Kapal, Pesawat terbang, dsb.
7. Transit

Berhenti sebentar di suatu kota untuk pindah ke penerbangan lain.
8. Transportasi

pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
9. Wisata Domestik

Kegiatan perjalanan seseorang yang masih di dalam negara domisilinya.
10 Wisatawan mancanegara

Warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya (memasuki negara lain).
11. Wisata Minat Khusus

Kegiatan wisata yang membutuhkan keterampilan khusus atau minat khusus dimana tidak setiap orang ingin dan mau melakukannya, seperti, menyelam dan menelusuri gua.
12. Wisatawan nusantara
Wisatawan dalam negri atau wisatwan domestik.
13. Wisata Religius

Kegiatan wisata bernuansa keagamaan, seperti naik haji dan retret.
14. Wisata Tirta

Usaha fasilitas wisata yang memanfaatkan air, seperti pemandian, kolam renang, dan danau.

Senin, 29 Oktober 2012

Tawangmangu




Tawangmangu, where tourism is a mountainous area in the city of Solo is located near the slopes of Mount Lawu. As Kaliurang tourist attractions in Yogyakarta, Tawangmangu have cold air, is on high ground so often foggy, about 1 hour drive from Solo to Tawangmangu, or about 50 kilometers to the east, will be encountered stout landscape that stretches of green paddy fields, too much gap - the gap is quite steep when we've entered this Tawangmangu area. Colored with many villa or guesthouse accommodation form, there also exists the leased personal property, as well as restaurants, restaurant, or itinerant merchant skewers the favorite food in this Tawangmangu. In Tawangmangu itself there is Grojogan Sewu sights high waterfall with about 1000m, indeed we are required to pay a levy admission, but it is not comparable with the natural beauty it presents, there we were required to walk down the steps - steps or stairs stone with small distances - small, surrounding a variety of trees that may be a very old man, like ringin a tree, what tree is very shady, but careful - careful with the residents there, the hundreds of monkeys that sometimes naughty enough to disturb the tourists to seize their luggage. So when he got Grojogan Sewu, we can enjoy the natural scenery is very beautiful there, we can play water, berbasah - wet as they pleased. If we are to the east about 45 minutes from Tawangmangu, we will see Sarangan lake, the landscape is also no less beautiful, we can buy food very tasty grilled misbegotten there, while boarding a boat for a tour around the lake Sarangan.


Comments :



I had a vacation at Tawangmangu in 2010. For visting the waterfall that named “Grojokan Sewu”, I must walk on a lot of stairs about 1000 steps. It was exhausted. But, after I arrived at the main place, it was a very beatiful view, I have ever seen. There are many monkies that made me screamed loudly, every they jumped into near me. The air was very fresh, I could snif every particular cleanly. That was my amazing vacation ever.



There are many souvenirs that we could buy, such as clotes, handcrafts, etc. We could walk aroud the area by hourse. The special food was “Sate Kelinci” and we should drink a warm water liked “Luwak Coffe” for decreasing the coldness. That was an enjoy moment that served at there. So that, everyone must visit there, for adding our a new experience.




Sabtu, 13 Oktober 2012

Sarang OPM di Belanda


VIVAnews - Organisasi Papua Merdeka (OPM) tak hanya bergerilya di belantara provinsi ujung timur Indonesia saja. Organisasi yang ingin memisahkan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu juga genjar berkampanye di luar negeri.

Salah satu negara yang menjadi pusat kampanye OPM adalah Belanda. Di sebuah toko yang terletak di Filiaal 0024 Kalverstraat 71 Amsterdam, Belanda, diduga menjadi sarang OPM. Toko ini memasang bendera Bintang Kejora yang selama ini menjadi simbol perlawanan OPM.

Pada etalase toko ini, selain memajang bendera juga diletakkan brosur-brosur propaganda OPM. Brosur-brosur ini dibagikan kepada setiap pengunjung. Isinya, menyampaikan bahwa Kepolisian RI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat Papua.

Tak hanya sekedar memampang bendera Bintang Kejora dan menyebarkan brosur propaganda, toko yang berdiri di sebuah ruko tua itu bahkan juga mengumpulkan donasi dan tanda tangan untuk memberikan dukungan OPM memerdekakan Papua dari Indonesia. Kawasan pertokoan ini, sangat ramai pengunjung.

Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/266125-foto--sarang-opm-di-belanda

Jumat, 12 Oktober 2012

Teori-Teori Pariwisata menurut para Ahli




Menurut H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.



Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.



Kesimpulannya, pariwisata adalah menghabiskan waktu luang dengan tujuan tertentu dan tempat yang sudah di kelola. Sehingga waktu luang dapat terisi dengan pengalaman baru. Tetapi, apabila kita ingin bertujuan ke sebuah tempat wisata persiapkan segala sesuatunya secara baik, sehingga kegiatan wisata yang telah di rencanakan berjalan dengan baik.


Sumber: http://tabeatamang.wordpress.com/2012/08/24/definisi-pariwisata-menurut-beberapa-ahli/

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kode Etik Jurnalistik

Pengertian Kode Etik Jurnalistik

Jurnalistik dalam KBBI (2003:326) adalah yang berkenaan dengan kewartawanan. Sedangkan, seseorang yang bergelut di bidang jurnalistik biasa disebut jurnalis atau wartawan.Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, bab 1 ketentuan umum pasal 1 point 4 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Kegiatan para jurnalis meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam melaksanakan kegiatannya, para jurnalis dituntut untuk mematuhi kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan oleh dewan pers. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, bab 1 ketentuan umum pasal 1 point 14 menjelaskan bahwa kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Pengertian kode etik jurnalistik tersebut diartikan sebagai seperangkat aturan atau norma-norma profesi kewartawanan.Keberadaan kode etik jurnalistik ini menjadi tanggung jawab bagi para jurnalis yang akan menyampaikan informasi secara benar dan akurat. Akan tetapi, wartawan tidak boleh menyampaikan berita yang bersifat dusta atau fitnah dan tidak akurat kepada masyarakat.
Di antara muatan Kode Etik Jurnalistik adalah:

KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA

Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian, yaitu : bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat pada UUD 1945, bersifat kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi bangsa dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja ke arah keselamatan masyarakat Indonesia sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa.

PERTANGGUNGJAWABAN

Bahwa seorang wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur dan sebagainya disiarkan. Kaitannya dengan hal di atas, dalam kenyataan yang ada masih terdapat banyak media cetak yang memuat berita atau gambar yang secara jelas bertentangan dengan kehidupan sosial yang religius. Namun walau demikian tampaknya gejala ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam rangka mengikuti perkembangan zaman, sehingga batasan-batasan etika dan norma yang harusnya dikedepankan, menjadi kabur bahkan tidak lagi menjadi suatu pelanggaran kode etik, maupun norma/aturan hukum yang ada.
Sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (1) UU. No. 40/1999 disebutkan bahwa “Pers nasional berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah”. Serta ditambahkan lagi dalam Pasal 13 yang memuat larangan tentang iklan, yaitu iklan yang memuat unsur : Mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan penggunaan wujud rokok atau penggunaan rokok.
Pertanggungjawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan terhadap seseorang atau suatu golongan tertentu. Namun lagi-lagi dalam kenyataannya menunjukkan bahwa keberpihakan tersebut tampaknya telah menjadi trend dan seolah tidak dipermasalahkan lagi.

CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT

Seorang wartawan hendaknya menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita dan tulisan, dengan meneliti kebenaran dan akurasinya sebelum menyiarkannya serta harus memperhatikan kredibiltas sumbernya. Di dalam menyusun suatu berita hendaknya dibedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampurbaurkan antara keduanya, termasuk kedalamnya adalah obyektifitas dan sportifitas berdasarkan kebebasan yang bertanggung jawab, serta menghindari cara-cara pemberitaan yang dapat menyinggung pribadi seseorang, sensasional, immoral dan melanggar kesusilaan. Penyiaran suatu berita yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, desas-desus, hasutan yang dapat membahayakan keselamatan bangsa dan negara, fitnahan, pemutarbalikan suatu kejadian adalah merupakan pelanggaran berat terhadap profesi jurnalistik.

Menanggapi besarnya kesalahan yang dapat ditimbulkan dari proses/cara pemberitaan serta menyatakan pendapat di atas, maka dalam kode etik jurnalistik diatur juga mengenai hak jawab dan hak koreksi, dalam artian bahwa pemberitaan/penulisan yang tidak benar harus ditulis dan diralat kembali atas keinsafan wartawan yang bersangkutan, dan pihak yang merasa dirugikan wajib diberi kesempatan untuk menjawab dan memperbaiki pemberitaan dimaksud.

SUMBER BERITA

Seorang wartawan diharuskan menyebut dengan jujur sumber pemberitaan dalam pengutipannya, sebab perbuatan mengutip berita gambar atau tulisan tanpa menyebutkan sumbenya merupakan suatu pelanggaran kode etik. Sedang dalam hal berita tanpa penyebutan sumbernya maka pertanggung jawaban terletak pada wartawan dan atau penerbit yang bersangkutan.

KEKUATAN KODE ETIK

Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggung jawaban tentang penataannya berada terutama pada hati nurani setiap wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada satupun pasal dalam kode etik (jurnalistik) yang memberi wewenang kepada golongan manapun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia atau terhadap penerbitan pers. Karenanya saksi atas pelanggaran kode etik adalah hak yang merupakan hak organisatoris dari PWI melalui organ-organnya. Menyimak dari kandungan kode etik jurnalistik di atas tampak bahwa nilai-nilai moral, etika maupun kesusilaan mendapat tempat yang sangat urgen, namun walau demikian tak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang bebicara di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang ada tersebut melanggar kode etik yang ada atau norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-duanya, semua ini tetap terpulang pada pribadi insan pers bersangkutan, dan juga kepada masyarakat, sebab masyarakat sendirilah yang dapat menilai penerbitan/media yang hanya mencari popularitas dan penerbitan/media yang memang ditujukan untuk melayani masyarakat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi kode etiknya.


sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/12/httpthiamanies-blogspot-com201012kode-etik-jurnalistik-html/ http://umrikebo.blogspot.com/2008/05/penerapan-kode-etik-jurnalistik-dalam_21.html

Pengertian dan Sejarah Jurnalistik

Pengertian Jurnalistik
Kata jurnalistik, berasal dari kata Journalism atau jurnalisme yang berarti kegiatan mengumpulkan berita. Juga berarti kegiatanmempoduksi surat kabar. Dengan kata lain jurnalisme mengandung maksud kegiatan yang dilakukan oleh seorang wartawan. Sedangkan kata jurnalistik dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan pekerjaan kewartawanan. Pengertian yang berkembang didalam masyarakat, istilah jurnalistik sama dengan jurnalisme yaitukegiatan untuk mempersiapkan, mengedit dan menulis untuk dipublikasikan melalui media masa baik media cetak maupun mediaelektronik. Yang dimaksud media cetak adalah surat kabar, majalahdan lain-lain, sedangkan media elektronik yaitu siaran radio, siaran TV, Film dan saat ini berkembang dalam bentuk digital yaitu jaringan komputer atau internet.Masih banyak pengertian-pengertian tentang istilah jurnalistik yang berkembang di masyarakat. Guna lebih memperjelas pemahaman tentang istilah jurnalistik, berikut ini disampaikan berbagai pengertian tentang jurnalistik sebagai berikut.

1. Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari,mengumpulkan, mengolah dan menyajikan berita tentangperistiwa atau kejadian sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhankhalayak sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat danperilakunya sesuai dengan kemauan jurnalis.
2. Jurnalistik adalah semua peristiwa yang kejadiannya menarikperhatian publik yang berupa pendapat, aksi, buah pikiransehingga merangsang wartawan untuk meliput dan dijadikanbahan informasi atau berita.
3. Jurnalistik merupakan pengetahuan dan keterampilan praktistentang seluk beluk penyiaran informasi atau berita melaluimedia pers, radio, televisi, film, teater, rapat umum dansebagainya.
4. Jurnalistik merupakan pengolahan laporan yang menarik minatkhalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepadapublik.
5. Jurnalistik merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukandengan cara menyiarkan berita ataupun ulasan berita tentangberbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual danfaktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan komunikasi yang menggunakan pengetahuan praktis untuk menghimpun informasi dari peristiwa/kejadian yang menarik, aktual dan faktual untuk diolah dan disajikan kepada khalayak melalui media masa cetak maupun disiarkan melalui pemancar radio, Televisi dan Film.


Sejarah Jurnalistik
Bermula dari abad ke-19 setelah manusia melakukan revolusi industri, mereka menyempurnakan berbagai teknologi untuk membantu kehidupan mereka. Antara pabrik dengan pertanian pun disambungkan. Manusia tidak lagi hanya melakukan komunikasi antarpribadi dan kelompok. Teknologi komunikasi mempertemukan manusia melalui industri telepon, surat kabar, majalah, fotografi, radio, film, televisi, komputer dan satelit serta internet. Manusia kini berada dalam abad informasi.
Bagaimana media massa mentransmisikan informasi dan edukasi? Bagaimana media massa menjalankan fungsinya sebagai pelaku kontrol sosial, pewaris nilai kebudayaan, penafsir berita dan penyedia hiburan? Bahkan Marshall McLuhan mengkosmologikan era global village, kampung global. Media membuat jutaan orang bisa “melihat dunia” secara langsung dan serentak.
Semua itu ditumbuhkan oleh para pekerja media. Pekerjaan mereka, yang kian jadi profesi, menciptakan pesan yang kian efektif. Dari suara elektronis yang semakin human, sampai halaman cetak dan huruf-huruf billboard elektronis, semuanya mengakumulasi. Ini hasil trial and error pekerja dan akdemisi ketika mengembangkan proses komunikasi massa. Mereka meneliti unsur-unsur pesan, individu pengirim, khalayak dan berbagai efek komunikasi massa.
Pekerja media menata pesan massal dengan memanfaatkan ruang dan waktu teknologi media. Suara-suara elektronis “human” memproses terpaan sampai ke bunyi mendesis dalam satuan waktu siaran. Kata-kata cetak disusun hingga mengajak keaktifan masyarakat ke ruang-ruang imaji sosial. Sistematika pesan dikalkulasi sampai ke rincian efek “titik dan koma”, bukan hanya semata-mata gramatika bahasa. Pesan ditata supaya memiliki daya pikat selera massa di berbagai ruang pengalaman dan referensi sosial.
Pers (baca: pekerja media) menjadi sebuah proses mediasi antara masyarakat dengan “dunia”. Pers diproses oleh jurnalisme untuk memiliki daya persuasi. Jurnalisme memrosesnya melalui tata cara mencari dan menyebarkan informasi. Jurnalisme selalu mengembangkan teknik prliputan dan pendistribusian pesan yang sesuai dengan kultur masyarakat. Pada proses pengembangannya, perancangan informasi mendorong kelahiran fenomena bahasa pers.
Bahasa pers menjadi satu alat. Bahasa, di dalam kehidupan jurnalistik, tidak lagi sekadar sarana penghantar pesan melainkan menjadi daya dorong lain. Dalam perkembangannya, memengaruhi kegiatan pers sampai ke tingkat pengepingan realitas peristiwa berita. Tata nilai dan norma bahasa jurnalistik menjadi kelembagaan bahasa yang unik, dan bila dipolakan, menginduksi wacana masyarakat ketika menempatkan perspektif atas realitas.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Departemen Pendidikan Nasional, (Balai Pustaka Jakarta, 2005), dalam Petunjuk Pemakaian Kamus halaman xxv antara lain menyatakan ragam menurut pokok pembicaraan. Di situ diuraikan bahwa ada empat macam ragam yakni ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa sastra. Jadi memang ada bahasa jurnalistik sebagai salah satu ragam Bahasa Indonesia berdasarkan pokok pembicaraanya seperti bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
Bahasa jurnalistik sebagai salah satu variasi Bahasa Indonesia tampak jelas kegunaanya bagi masyarakat yang mendengarkan informasi dari radio setiap hari, membaca berita koran, tabloid dan majalah setiap jam, menyaksikan tayangan televisi yang melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan bumi. Semua berita dan laporan itu disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak, mereka seolah-olah diajak untuk menyaksikan berbagai peristiwa secara langsung. Dengan demikian bahasa jurnalistik itu menjadi bagian tak terpisahkan dalam karya jurnalistik.
Sebelum lebih jauh masuk pada pengertian bahasa jurnalistik, perlu dijelaskan terlebih dahulu hakekat dari jurnalistik, karena selama ini beredar pendapat di tengah masyarakat bahwa jurnalistik adalah konsep penulisan berita semata. Pendapat ini tentu saja keliru. Sebab, seperti disebut Richard Weiner, jurnalistik adalah keseluruhan proses pengumpulan fakta, penulisan, penyuntingan dan penyiaran berita (Weiner 1990:247).
Pendapat keliru itu jika ditelusuri secara historis bukanlah tanpa dasar, karena pada sejarah awal lahirnya jurnalistik bermula pada masa Kekaisaran Romawi Kuno ketika Julius Caesar (100-44 SM) berkuasa. Dia memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada papan pengumuman yang disebut “Acta Diurna”. Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “diurnal” dalam Bahasa Latin berarti harian atau setiap hari. (Onong U. Effendy, 1996: 124). Sejak saat itu dikenal para diurnarii yang bekerja membuat catatan-catatan hasil rapat dari papan Acta Diurna itu setiap hari untuk para tuan tanah dan para hartawan. Jadi di masa Romawi Kuno pada sejarah lahirnya jurnalistik merupakan kegiatan menyiarkan berita yang bersifat informatif semata-mata.
Kagiatan penyebaran informasi melalui tulis menulis semakin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama Phapyrus. Setelah itu penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Gutternberg.
Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di Cina dengan nama “King Pau” sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Negara Italia pada tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “newspaper”. Istilah inilah yang dipergunakan oleh semua orang sampai sekarang.
Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah journalism dan saat itu telah terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris (Brend D Ruben, 1992: 22).
Pada abad ke-17 John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence). Perjuangan John Milton kemudian diikuti oleh John Erskine pada abad ke-18 dengan karyanya yang berjudul “The Right of Man”. Pada abad ke-18 ini pula lahir sistem pers liberal mengantikan sistem pers otoriter.
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde pada tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 - 1911).
Sepanjang tahun 1960-an di Amerika Serikat muncul para perintis jurnalisme baru yang merasa bosan dengan tatakerja jurnalisme lama yang dianggap kaku dan membatasi gerak wartawan pada tehnik penulisan dan bentuk laporan berita. Mereka melakukan inovasi dalam penyajian dan peliputan berita yang lebih dalam dan menyeluruh. Pada era jurnalisme baru saat ini para wartawan dapat berfungsi menciptakan opini public dan meredam konflik yang terjadi di tengah masyarakat.


Sumber : http://ml.scribd.com/doc/48136392/6/A-Pengertian-Jurnalistik http://kangarul.wordpress.com/2009/07/31/sejarah-jurnalistik-dan-munculnya-bahasa-jurnalistik/

Sabtu, 07 April 2012

BIOGRAFI


Wanita kelahiran Purworejo, Jawa Tengah ini pada 16 Oktober 1970, bernama lengkap Eny Rachmawati. Keluarga dan kawan-kawan memanggilnya Eny. Bertubuh proposional dan berkulit kuning langsat, selalu menjadi daya tarik bagi wanita yang memprioritaskan gaya hidup sehat dan modern ini. Orang-orang sekitar memanggilnya 'WonderWomen', karena ke gigihannya dalam bekerja. Saat ini Eny (di sapa), menggeluti bidang marketing. Beliau memulai karirnya sejak belasan tahun yang lalu, sehingga tidak heran jika saat ini terlihat bahwa dunia bisnis sangat di kuasainya. Berawal dari pemberian loyalitasnya kepada sebuah perusahaan, dimana beliau menduduki posisi sebagai marketing di sana. Banyak pengalaman yang di dapat dan relasi-relasi, mambuat wanita paruh baya ini memutuskan untuk mendirikan usahanya sendiri. Hingga saat ini, usahanya tersebut berkembang pesat, yang tentunya tidak terlepas dari tantangan dan cobaan. Dukungan dari keluarga dan kawan terdekat, menjadi kunci utama untuk tetap kuat dan sabar membangun impian yang selama ini di inginkannya. 

Rabu, 25 Januari 2012

Keterkaitan IPTEK dengan Kemiskinan

Pada era globalisasi saat ini, tidak lagi menjadi hal yang tabu. Apabila meperbincangkan tentang IPTEK ( Ilmu Pengetahuan Teknologi ), kemajuan zaman yang sangat lekat dengan kemajuan teknologi memaksa setiap individu untuk mempelajari dan berkecimpung di dalamnya. Teknologi di ciptakan, guna mepermudah setiap aktifitas individu, hanya saja dalam menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut di imbangi dengan pengetahuannya yang di sesuaikan dengan perkembangan zaman.
Keterkaitannya dengan kemiskinan, individu yang berada pada tingkat ekonomi rendah. Menjadi salah satu permasalahan, dimana sulitnya bagi setiap individu menyesuaikan dirinya dengan kemajuan zaman terutama dalam segi teknologi. Kemungkinan untuk dapat menggunakan teknologi-teknologi menjadi sulit, karena keterbatasan biaya dari mereka untuk membayar tingginya nilai fasilitas tersebut.
Antara IPTEK dan kemiskinan masih saling berkaitan, bahwa, setiap individu memiliki hak untuk bebas mengekpresikan inspirasinya melalui teknologi. Ketidak beruntungan mereka yang membuat keterbatasan untuk membuat inovasi baru. Sesungguhnya, praktek dari IPTEK tidaklah sepenuhnya menuntut materi. Melainkan, individu-individu yang berada pada tingkat ekonomi rendah tersebut dapat mempelajari teori terlebih dahulu. Apabila suatu saat memiliki kesempatan, mereka cukup mengingat sedikit dari teori-teori yag telah di pelajarinya.

Masyarakat Kota dan Desa

Masyarkat adalah suatu komunitas yang saling ketergantungan satu sama lain. Sebagian besar, dapat di katakan masyarakat apabila dalam komunitas tersebut memiliki cara pandang, misi, visi, dan kesepakatan bersama. Masyarakat memliki habitat, yaitu ruang lingkup yang di jadikan tempat singgah bagi masyarakat itu sendiri. Dalam ilmu sosiologi, ruang lingkup masyarakat di bagi menjadi dua, yaitu masyarakat yang tinggal dan melangsungkan hidupnya di kota dapat di sebut Masyarakat Kota, begitu juga masyarakat yang melangsungkan hidupnya di desa Masyarakat Desa.
Mengingat kemajuan zaman saat ini, pembagian tempat masyarakat Kota maupun Desa. Banyak pula perbedaan cara melangsungkan hidup di antara keduanya. Pada masyarakat kota, individualisme lebih berperan penting bagi setiap masyarakatnya. Tetapi pada masyarakat kota, cara berfikir dan penyesuaian terhadap hal baru lebih mudah. Sedangkan masyarakat desa, mitos dan kepercayaan terhadap leluhur masih di prioritaskan, sehingga setiap hal baru yang di sesuaikan dengan zaman lebih sulit menyesuaikannya. Oleh karena itu, atas dasar persamaan cara pandang terhadap suatu hal terbangunlah solidaritas yang tinggi.
Dari berbagai macam cara individu melangsungkan hidupnya, baik di kota maupun di desa, mereka memiliki tata cara tersendiri agar dapat di terima oleh lingkungannya. Positif dan negatif yang timbul, di jadikan bahan pembelajaran untuk perbaikan kualitas untuk setiap masyarakat.